Penulis yang memanfaatkan sumber lain wajib mengakui sumber itu dengan memberi nama penulis dan perincian penerbitannya. Bagian yang terdapat di teks disebut referensi. Bagian lain adalah Daftar Kepustakaan, yang terdapat sesudah penutup karya tulis, dan memberi informasi lengkap tentang sumber-sumber yang ingin di pakai.
Mengapa caranya memberi referensi? Referensi menunjukan penghargaan terhadap karya tulis orang lain secara jujur, menghindari penjiplakan, dan menunjukan bagian yang merupakan tulisan asli Saudara sendiri. (Kalau kasus penjiplakan dibuktikan, makalah itu dapat secara otomatis diberi nilai gagal.)
Kapan penulis harus memberi referensi? Setiap kali menyebutkan sumber lainnya, baik buku, artikel, wawancara, surat, notulen, Alkitab, atau sumber tertentu apa saja yang bukan hasil pikiran saudara sendiri.
Pertanyaan: Apakah setiap sumber tanpa kecuali harus diberi referensi?
Jawaban: Kalau informasi datang dari sumber tertentu, maka sumber itu selalu harus diberi referensi. Ada pengecualian, yaitu kalau iformasi tidak datang dari sumber tertentu tetapi merupakan pengetahuan umum dalam bidang pengetahuan umum dalam bidang pengetahuan makalah. Misalnya, saudara tidak harus menyebutkan sumber informasi bahwa Alkitab berisi enampuluh enam buku.
Sistim baru, yang semakin umum di negara lain, mudah dipakai. Langsung sesudah kutipan atau sebutan karya orang lain, saudara menyebutan dalam tanda kurung nama penulis, tahun terbitan, dan nomer halaman seperti contoh ini:
(Tabunan 1988, hlm. 54)
(Sutrisno 2019, hlm. 34)
Lalu keterangan lengkap tentang sumber itu dapat dicari dalam daftar kepustakaan. Cara ini sangat luwes.
Bila referensi dicantumkan di dalam kalimat, tidak perlu titik akhir di dalam kurung. Contoh:
… berdasarkan teori yang pertama kali dikemukakan oleh Tjokroamidjojo (Tabunan 1988, hlm. 54), tetapi beberapa peneliti lainnya …
Bila referensi dicantumkan di luar kalimat, tidak ada perubahan:
… berdasarkan teori yang pertama kali dikemukakan oleh Tjokroamidjojo. (Tabunan, 1988, hlm. 54) Beberapa peneliti lainnya …
Kalau nama penulis diberikan dalam teks dan dihubungkan dengan kutipan secara jelas, nama dapat dihilangkan dari referensi. Contoh:
Sulistyowati pernah melaporkan bahwa lembaga pendidikan dalam wilayah Sawojajar masih dalam proses mengimplementasikan kurikulum baru. (2014, hlm. 33)
(lih. Sutrisno 1973, hlm. 208)
(Lih. Tabunan 1988, hlm. 54)
(Band. Subagyo 1981, hlm. 204)
(band. Nainggolan 1961, hlm. 34)
Kalau referensi terletak di dalam kalimat, kata pertama diawali dengan huruf kecil (lih. band.):
(lih. Sutrisno 1973, hlm. 208)
(band. Nainggolan 1961, hlm. 34)
Kalau referensi terletak di luar kalimat, kata pertama diawali dengan huruf besar (Lih. Band.):
(Band. Subagyo 1981, hlm. 204)
(Lih. Tabunan 1988, hlm. 54)
Semua peraturan tentang pengetikan tetap berlaku. Contoh:
(Lih. hlm. 24)
(Lih. di bawah)
(Lih. di atas)
(lih. Lampiran A)
(Band. hlm. 24)
(Band. Bab 5)
(band. di atas)
(Band. di bawah)
(Suparman 1984)
(Ariyoso 1983)
(Patongan 1990a, hlm. 32)
(Patongan 1990b, hlm. 173)
(Soehadi 1985a, hlm. 45)
(Soehadi 1985, hlm. 29)
(Huruf a
dan b
didasarkan atas urutan abjad dari judul. Huruf a
dan b
dipakai di dalam daftar kepustakaan juga.
Cara menulis nomor halaman adalah sebagai berikut:
IV:40 berarti, jilid empat, halaman empat puluh.
II:34 berarti jilid dua, halaman tiga puluh empat.
Yaitu nomor jilid berbentuk angka Romawi besar, diikuti dengan tanda titik dua, lalu nomor halaman dalam jilid itu. Tidak perlu Hlm.
atau hlm.
.
Dalam contoh di bawah ini, referensi bukan (Soegianto,1956, hlm. 59), karena nama penulis sudah cukup jelas:
Soegianto mengemukakan pendapat baru waktu bukunya dicetak ulang, sehingga menjadi hampir sama dengan pendapat Sigarlaki (1956, hlm. 59)
Contoh:
Soegianto mengemukakan pendapat baru waktu bukunya dicetak ulang pada tahun 1956, sehingga menjadi hampir sama dengan pendapat Sigarlaki (hlm. 59).
Ada dua cara di bawah ini. Kalau ada dua referensi dalam sepasang tanda kurung, berilah tanda titik koma (;) di antaranya. Pilihlah cara yang jelas tetapi tidak menggangu kelancaran pembacaan tetapi masih jelas.
Contoh:
… Mataheru (1982, hlm. 3), Indrafachrudi (1981, hlm. 25) dan Siagian (1990) memberi alasan yang sama untuk menolak pendekatan tersebut.
… Mataheru, Indrafchrudi, dan Siagian memberi alasan yang sama untuk menolak pendekatan tersebut. (Mataheru 1982, hlm. 3; Indrafchredi 1981, hlm. 25; Siagian 1990)
Referensi harus diketik dengan teliti. Kalau kalimat sebelumnya sudah berakhir, pengetikan adalah sebagai berikut:
Contoh:
BENAR: … pelayanan seorang nabi (Mateheru 1983, hlm. 28) tetapi Manulang berpendapat bahwa …
SALAH: … pelayanan seorang nabi ( Mateheru 1983, hlm. 28 ) tetapi Manulang berpendapat bahwa …
BENAR: … pelayanannya. (Lih. Sahertian 1972, hlm. 28) Akan tetapi Surachmad berpendapat bahwa …
SALAH: … pelayanannya.(Lih. Sahertian 1972, hlm. 28)Akan tetapi Surachmad berpendapat bahwa …
BENAR: … dengan pola pergembangan tersebut (Tjokroamidjojo 1977, hlm. 32). Beberapa peneliti lainnya …
BENAR: … dengan pola pergembangan tersebut. (Tjokroamidjojo 1977, hlm. 32) Beberapa peneliti lainnya …
SALAH: … dengan pola pergembangan tersebut ( Tjokroamidjojo 1977, hlm. 32 ) . Beberapa peneliti lainnya …