Saudara sudah siap untuk menulis naskah pertama, sabagai naskah kasar. Bagi makalah yang bersifat penelitian perpustakaan, mulailah pada bagian yang paling mudah dan tulislah setiap bagian yang paling sukar, lalu tulislah pendahuluan.
Tulislah terus tanpa banyak berhenti atau terlalu memperhatikan mutu. Hampir mustahil seseorang dapa menulis naskah pertama yang baik, tetapi naskah yang kurang baik mudah sekali disempurnakan.
Sambil menulis, bersiap-siaplah untuk pendahuluan. Perhatikanlah dan catatlah semua pra-anggapan, batas-batas penelitihan, dan arti istilah kusus supaya dapat dicantumkan dalam pendahuluan. Hal-hal ini hanya dimengerti secara matang sesudah melaksanakan penelitihan, karena banyak unsure baru timbul pada tahap penelitihan. Kalau dicatat secara culup lengkap saudara tidak akan bersandar kepada ingatan, dan akan menghasilkan perencanaan yang matang untuk naskah kasar pendahuluan.
Suatu sikap naskah yang baik adalah contoh yang cukup. Catatan kasar kadang-kadang hanya mencatat prinsip saa tanpa contoh. Bila dijadikan naskah kasar sebaiknya prinsip diberi contoh, bukan hanya supaya pembaca tidak bosan tetapi supaya maksud prinsip lebih jelas. Akan tetapi, mahasiswa harus berjaga-jaga supaya contoh hanya dipakai bila perlu dan tetap bersifat obyektif.
Anggaplah pembaca sebagai orang yang sudah cukup berpengatahuan tentang bidang pengetahuan, tetapi belum menguasai pokok makalah secara khusus. Pembaca mungkin tertarik bila makalah cukup menarik dan enak dibaca. Ia mempuyai sikap yang sarjanawati; ia akan menilai benar-tidaknya makalah, dan terbuka untuk menrerima kesimpulan yang dipertanggung jawabkan dengan tepat. (RS, 1974, hlm. 3.)
Cara menulis harus konsisten, yaitu ‘tidak berubah-ubah’. Kadang-kadang penulis bebas memilih salah satu bentuk, misalnya jaman atau zaman. Pembaca tidak senang membaca “lih. Bab 8.” Lalu dalam makalah yang sama, “Lihatlah Bab Delapan.” Penulis harus memilih salah satu, dan tidak boleh menggunakan yang lain (kecuali dalam kutipan langsung, yang harus persis sama dengan asli). Dalam cara menyusun referensi, seringkali lebih baik selalu salah dalam suatu hal tetapi konsisten, daripada 70% benar dan 30% salah.
Periksalah ejaan dalam kamus. Kalau banyak kata mempunyai lebih dari satu ejaan atau istilah penting mempunyai lebih dari satu arti, tidak salah mencantumkan keterangsn lengkap tentang kamus dalam prakata. Kata-kata yang artinya kabur harus disertai keterangan arti pada pemakaian pertama lalu selalu pakai dengan arti yang sama.
Karya tulis ilmiah tidak bersifat pribadi melainkan obyektif. Pembaca yang cerdas akan mengetahui apabila pendapat kurang dibuktikan. Krya tukis ilmiah memang bermaksud untuk menyakinkan pembaca akan kebenara kesimpulannya, tetapi bukan karena himbauan dan ajaran yang merangsang tanggapan emosional, melainkan karena nalar yang tepat dan fakta-fakta yang membuktikan. Oleh karena itu, kata-kata tidak boleh lucu atau aneh, atau “berkhotbah”, atau memberi himbauan atau tantangan seperti berkhotbah.
Hapuslah semua kata “kita,” “kami,” “penulis” dan lain sebagainya. Pembaca tidak mencari pendapat pribadi melainkan kebenaran, maka penulis tidak boleh mengatakan “pendapat saya” atau “kami mengira bahwa”. Kesan dari kata-kata itu adalah bahwa makalah tidak lebih dari pendapat pribadi yang belum tentu benar, sehingga kurang meyakinkan pembaca. Kalau bukti-bukti pendukung cukup kuat, maka penulisan tidak perlu mengajukan pendapat pribadi, melainkan suatu kebenaran. Seandainya pendapat kurang kuat, sebaiknya dihilangkan saja atau dijelaskan sebagai suatu hal yang belum pasti.
Kesan tentang naskah pertama saudara:
Menulis urutan isi:
Beberapa pertanyaan dapat dipakai untuk menilai isi makalah saudara: