Bab ini menjelaskan prinsip mengurutkan pikiran dalam sebuah makalah. Hampir semua karya tulis hasil penelitian perpustakaan sebaiknya menggunakan susunan isi yang di ajarkan dalam bab ini. Akan tetapi, pengetahuan ini berguna juga untuk menelitian lapangan bila pokok pembahasan berupa pikiran dan bukan hanya laporan prosedur dan data.
Ilmu susunan isi makalah merupakan bidang ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi pedoman makalah dan skripsi terlalu jarang mengajarkannya. Walaupun keterampilan dalam ilmu ini menuntut pengalaman dan latihan, namun orang yang menguasainya jauh lebih mudah untuk merencanakan isi makalah.
Ilmu susunan isi didasarkan beberapa asumsi:
Tujuan dari urutan isi adalah untuk menyusun gagasan supaya mudah dimengerti dan menyakinkan. Marilah kita mulai dengan prinsip dasar:
Bila penulis mengelompokkan semua sebutan tentang semua pokok, pembahasanya tidak akan simpang siur atau campur aduk. Misalnya, kalau bagian pertama makalah membicarakan Ezra dan bagian kedua membicarakan Nehemiah, bagian pertama tidak boleh sering menyebutkan Nehemiah dan bagian kedua tidak boleh membahas Ezra.
Jatah kata setiap pokok harus sesuai dengan pentingnya. Bila suatu unsur sangat penting, maka hal itu harus dibahas secara cukup lengkap. Hal-hal yang tidak penting tidak perlu banyak pembahasan.
Bahan yang sangat baik, yang sangat disenangi, masih harus dihilangkan kalau tidak ada hubungan dengan pokok karya tulis. Kadang-kadang suatu hal yang mula-mula kelihatan penting akhirnya diterangkan dalam beberapa patah kata saja. Sesudah diselidiki, hal itu tidak begitu penting atau mudah diringkas atau disimpulkan.
Jangan mengartikan kemungkinan bahwa makalah akan terlalu pendek kalau meringkaskan sesuatu yang tidak begitu penting. Pengertian Saudara tentang pokok makalah Saudara menjadi lebih matang. Orang yang mencari pengetahuan baru mudah sekali untuk salah berbelok. Untuk mengimbangi kejadian itu, sering terjadi pula bahwa hal yang mula-mula dianggap kecil menjadi sangat penting dan besar dan harus diuraikan dan dipertahankan dengan tepat. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Belum matang: ••••• •• • ••••• ••
Matang: ••• ••• ••• ••• •••
Pokok-pokok bahasan yang penting untuk mendukung kesimpulan harus dibahas lebih lanjut daripada hal-hal lain. Misalnya, jangan membahas terlalu panjang lebar pendapat lain yang bertentangan dengan kesimpulan makalah. Bayangkanlah penulis makalah yang menguraikan pendapat yang salah secara panjang lebar, tetapi menyinggung kebenaran secara pintas kilas. Pembaca itu mungkin bingung atau meyakini sesuatu yang tidak benar.
Prinsip ini di dasarkan atas dua anggapan. Pertama, kesimpulan makalah adalah benar. Kedua, jatah kata berperan dalam cara menyakinkan pembaca; pembaca cenderung lebih percaya kepada pokok yang di bahas secara panjang lebar dari pokok yang hanya sedikit di bahas.
Dengan menaruh hal-hal yang sangat penting di belakang makalah, susunan isi akan memuncak, sehingga lebih mendukung kesimpulan. Selain itu, pendapat orang lain yang bertentangan dengan kesimpulan makalah harus di tanggapi awal dalam makalah.
Kesalahan biasa dalam hal ini adalah penulis menempatkan semua hal-hal penting di awal makalah, sehingga merasa “kehabisan bensin di perjalanan.” padahal makalah belum selesai.
Misalnya, pendahuluan memberi kesimpulan, hipotese, and pertanyaan supaya arah dari seluruh makalah adalah jelas. Selain it, setiap paragraf perlu kalimat kunci supaya maksud paragraf jelas.
Dengan menaruh kesimpulan di bagian awal, pembaca mengetahui arah dan tujuan waktu mulai membaca. Isi adalah pembuktian. Kesimpulan menunjukan bahwa tulisan sudah mencapai tujuan semula. Urutan isi yang sama berlaku untuk paragraph yang sangan panjang.