Saudara lebih mudah menulis dengan baik kalau memahami tujuan dan maksud karya tulis akademis. Banyak mahasiswa belum memahami tujuan penulisan makalah.
Banyak mahasiswa beranggapan bahwa makalah bertujuan untuk “mengupas” pokok masalah. Ini umumnya berarti bahwa penulis berfikir lebih jauh daripada kulit saja sampai mengerti inti dari pokok pembahasan. Kelemahannya ialah bahwa karya tulis bersifat banyak penjelasan, dan biasanya berarti bahwa penulis memahami pokok tersebut. Kadang-kadang, penulis menyembunyikan kebodohannya dengan banyak kutipan dan ringkasan.
Dengan pengertian “mengupas pokok” ini, hampir mustahil penulis mendapat penemuan baru. Makalah kehilangan arah bila bersifat banyak penjelasan. Tanpa arah atau patokan untuk membatasi pokok masalah, penulis dapat memasukan segalah macam penjelasan. Masalah ini terjadi bila mahasiswa belum memmahami peran masalah, atau memilih judul tanpa mengungkapkan tujuannya sebagai pertanyaan yang belum terjawab.
Begitu juga “mengembangkan pokok masalah” sangat kabur. Ungkapan ini juga dapat diartikan seperti “memperkuat pembuktian” atau “menambah dan membuktikan kesimpulan baru tentang pokok masalah itu”; dua arti ini sangat baik. Akan tetapi, ungkapan ini dapat pula berarti “,menulis lebih banyak lagi tentang pokok itu” sehingga makalah berisi penjelasan saja.
Mahasiswa tertentu merasa belum dapat mengambil suatu pokok makalah karena belum tahu apa-apa tentang pokok masalah itu. Kebenarannya, mahasiswa harus bersedia belajar dan membaca buku tentang pokok masalah itu. Makalah sering berfungsi untuk mengajar mahasiswa tentang pokok masalah yang diberikan.
Pada intinya, makalah adalah jembatan di antara masalah dan menyelesaikannya. Jembatan itu terdiri dari pikiran Saudara, dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Makalah
(Pikiran Saudara)
Data-data yang sudah ada
Penyelesaian Masalah
Gambar ini dapat dijelaskan dalam sembilan prinsip, sebagai berikut:
Tugas menulis bukan hanya menambah pikiran-pikiran tentang pokok masalah yang dipilih atau mengumpulkan data-data saja. Menulis tanpa tujuan yang jelas hanya menghasilkan rangkaian kutipan, daftar stastik, atau penjelasan yang berputar-putar.
Setiap makalah harus menghadapi suatu masalah; adanya masalah yang memberi tujuan kepada makalah. Kalau tidak ada masalah, Saudara tidak usah menulis. Penulisan makalah percuma jika orang lain sudah menyelesaikan masalah dengan sebaik-baiknya; penyelesaian “Sudah jadi” tidak dapat dicari dalam buku yang ada. Kalau masalah dapat diselsaikan dengan menyampaikan data, maka tidak ada masalah, banyak kekurangan informasi. Akan tetapi, masalah yang belum terselesaikan memungkinkan suatu pendapat baru yang berharga.
“Masalah” dapat diartikan cukup luas, dan dapat terjadi saudara adalah orang pertama yang melihat masalah itu beberapa kemungkinan:
Salah satu persamaan di antara semua hal ini adalah segi teori, yakni pemahamaamn akan abstraksi yang sedapat mungkin dipandang secara obyektif. Masalah bukan pertanyaan yang mulai, “Bagaimana caranya ... ?” karena pertayaan itu akan dijawab dengan iraian suatu prosedur, yang bukan makalah. Dan “masalah” tidak boleh diartikan sebagai semacam salah paham antara pribadi.
Mungkin Saudara bertanya di dalam hati, “Apakah mungkin saya menyelesaikan masalah yang belum pernah diselesaikan ?” Memang, belum tentu, tetapi Saudara dapat menggumuli masalah itu dan memberi tanggapan beserta pembuktian yang logis.
Judul paper yang ditentukan dosen belum tentu mengharuskan penemuan baru, dan kadang-kadang tidak memungkinkan. Bagi mahasiswa yang yunior, dapat saja terjadi bahwa dosen menggangapnya belum siap untuk membuat makalah yang lebih dalam; karena itu, ia mengharapkan, mahasiswa mengumuli pokok masalah supaya menguasai suatu bidang tertentu.
Pada intinya, masalah ada satu, bukan beberapa masalah yang kait-mengait. Dengan satu masalah saja, penulis mempunyai focus dan arah dan lebih mudah menghasilkan karya penelitihan yang bermutu tinggi. Pokok masalah yang baik dapat diungkapkan sebagai satu pertanyaan saja yang berpusatkan satu kata kerja. Sebaiknya pertayaan itu mulai dengan “Apakah benar bahwa…?”, supaya Saudara mudah untuk membuat hipotesa. (Lih.Bab 3.)
Kalau pada intinya masalah hanya satu, maka kesimpulan utama juga hanya satu. Kesimpulan itu boleh didasarkan atas pertanyaan semula atau hipotesa yang dipakai, tetapi di rubah sesuai dengan penemuan makalah. Kesimpulan itu harus selalu merupakan inti dari penyelesaian masalah yang dihadapi makalah. Kalimat kesimpulan utama harus diunggkapkan sebagai satu kalimat pertanyaan saja yang berpusatkan satu kata kerja saja. Pembuktian kalimat itu merupakan arah dan fokus dari seluruh makalah. Kalimat kesimpulan utama boleh bersifat:
Pertanyaan: Bagaiman kalau makalah menghasilkan lebih dari satu kesimpulan?
Jawaban: Ada beberapa kemungkinan:
Data adalah informasi yang Saudara peroleh, terutama melalui buku-buku dan sumber lain. Saudara harus cukup teliti membedakan pendapat dari fakta. Kalau makalah melaporkan bahwa pnulis buku mempunyai pendapat tertenru, pembaca makalah belum dapat mengetahui kebenaran pendapat itu. Akan tetapi, fakta-fakta dan pengertian penting dari penulis buku dapat dipakai sebagai data.
Data harus releven untuk menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, inti masalah dan inti penyelesaiaanya menjadi patokan untuk mengetahui data mana yang cocok dan data mana yang harus dibuang.
Untuk menguatkan kesimpulan, data harus cukup. Namun demikian, daftar data saja tidak cukup untuk memecahkan masalah; penulis makalah tidak menyelesaikan masalah dengan hanya menjelaskan atau menyampaikan data. Data itu harus dianalisa, dinilai, atau ditunjukan konsekuensinya supaya dapat menjadi releven untuk kesimpulan. Dengan cara ini, penulis menjebatani jurang pemisah dari data yang sudah ada ke penyelesaian masalah.
Makalah dapat dinilai dengan pertanyaan. “Sejauh mana makalah membuat jembatan yang kuat dari data kepenyelesaian masalah?” Dengan kata lain, data yang tidak dikembangkan dengan cara tersebut, tidak menguatkan kesimpulan makalah.
Dalam makalah, penulis biasanya harus mempertimbangkan beberapa pendapat, atau konsep atau kemungkinan, atau kebiasaan praktek. Maka dari itu, penulisan makalah selalu menyangkut pengertian akan prinsip-prinsip, sebab-musabab, atau penafsiran data, supaya penulis dapat melihat pro dan kontra dari setiap pendapat. Misalnya, mustahil menulis paper yang baik berpendapat cara menyapu gereja. Contoh lain penulisan riwayat hidup seseorang hanya melaporkan data, dan tidak harus mempertimbangkannya. Oleh karna itu, penulis tidak menghasilkan kesimpulan yang baru. Akan tetapi, sejarah tentang seseorang dapat dijadikan makalah jika kalau penulis menilai dan membandingkan sumber-sumber asli untuk membuktikan suatu penemuan baru tentang tokoh yang bersangkutan.
Prinsip ini berkaitan dengan konsep makalah karena mahasiswa sering mengusulkan pokok yang bersifat masalah dalam pelaksanaan praktis. Masalah pelaksanaan sering tidak memungkinkan pertimbangan pro dan kontra atau perumusan suatu pendapat, melainkan bersifat uraian langkah-langkah dalam suatu prosedur, yang bukan makalah.
Seluruh makalah bertujuan untuk membela atau mempertanggung jawabkan kesimpulan, yaitu membuktikan bahwa kesimpulan yang satu itu adalah benar. Suatu patokan untuk menilai sebuah makalah ialah dengan bertanya, “Apakah kesimpulannya terbukti?”
Suatu ciri khas utama adalah pikiran baru yang dijelaskan dan dibuktikan benar. Pikiran baru itu adalah ideal dari Saudara, atau mungkin kesimpulan dari penilaian dari berbagai sumber. Kalau Saudara memilih masalah yang belum terselesaikan, makalah Saudara akan menghasilkan sesuatu yang baru.
Unsur lain dalam makalah adalah wujud sebagai karya tulis. Penelitian yang baik dapat menjadi sepele jika dijadikan karya tulis yang mutunya kurang tinggi. Kutipan harus tepat harus ada refrensi dan daftar kepustakaan. Bahasanya harus jelas, tepat, dan ringkas.
Pengetikan naskah hampir sama dengan naskah artikel yang siap untuk diserahan kepada penerbit. Ketelitian dalam pengetikan merupakan tanda kesarjanaan pula, karena naskah yang tidak memenuhi syarat dalam pengetikannya tidak mungkin dapat perhatian dalam perhatian dalam penerbit. Makalah pertama Saudara tidak akan terbit, namun Saudara harus belajar sikap kesarjanaan dan pertanggungan jawab dalam persiapan naskah.
Ingatlah Tiga Segi:
Penelitian: Arah, masalah, kekuatan kesimpulan.
Karya Tulis: Susunan isi, kejelasan, bahasa.
Naskah: Pengetikan dan penampilan.
Arah pemikiran makalah dapat dijadikan gambar. Gambar ini melambangkan makalah yang baik; tujuan dalam pendahuluan (☛) sesuai dengan kesimpulan (◉), dan seluruh isi (→) sesuai dengan tujuan dan kesimpulan tersebut.
☛ → Kesimpulan
Dalam contoh-contoh lainnya, penulis makalah mengalami kesulitan yang menyebabkan makalahnya tidak lulus: